Mau Berwirausaha? Belajarlah dari desa ini!




Sahabat  yang budiman! Belajar entrepreneurship (kewirausahaan) merupakan sesuatu yang sangat penting sebelum memulai sebuah usaha. Hal ini berkaitan erat dengan pola manajemen yang harus di kelola sebaik mungkin  dan juga resiko usaha yang harus di antisipasi agar usaha kita berjalan dengan sebaik-baiknya dan akan mendapat hasil yang maksimal.

Desa Koto Mesjid adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak tempuh tempuh desa ini dari Pekanbaru sebagai ibukota provinsi Riau adalah berkisar 90 KM ( 2 jam ) melalui jalan Lintas Pekanbaru-Sumatera Barat via Paya Kumbuh.

Sahabat yang budiman! Desa Koto Mesjid terkenal juga dengan sebutan desa Koto Patin / Kampung Patin (nama ini sudah senada dan seirama dengan jenis usaha ikan patin yang dikembangkan di desa tersebut dengan prinsip 1 rumah 1 kolam/tiada rumah tanpa kolam) merupakan tempat yang sangat tepat untuk belajar dan menggali ilmu tentang entrepreneurship bagi kita semua.

Sebagai desa yang memiliki potensi yang luar biasa tentang budidaya ikan patin, maka pemerintah daerah juga telah mengembangkan dan menjadikan desa  Koto Mesjid di kabupaten Kampar ini sebagai rujukan nasional dalam bidang perikanan.

Sahabat yang budiman! desa Koto Mesjid adalah desa transmigrasi akibat dari pembangunan waduk PLTA Koto Panjang yang mayoritas berasal dari penduduk tempatan dengan berbagai macam mata pencaharian. Untuk usaha di bidang perikanan, sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1998. Pada tahun 2008, usaha sektor perikanan mengalami kemajuan dan memberikan “warna” tersendiri bagi desa Koto Mesjid.

Sahabat  yang budiman! Saat ini, program pengembangan budidaya ikan patini di desa Koto Mesjid ini bekerja sama dengan Pemkab Kampar . Program ini berhasil menyerap sebanyak 216 tenaga kerja dengan penghasilan perbulan 5-6 juta. Tingkat pertumbuhan desa mengalami peningkatan kolektibilitas kumulatif sebesar 92% mencakup penghasilan/bulan, jumlah rumah, jumlah kolam, dan jumlah mobil yang dimiliki masyarakat.

Pada tahun 2010, Desa Koto Mesjid meraih penghargaan Adi Bakti Mina Bahari Pembudidaya Teladan, Juara 1 untuk pengolahan ikan patin di propinsi Riau, dan ditetapkan sebagai salah satu Desa Pengembangan Terpadu.

Sahabat  yang budiman! Di Koto Mesjid, terdapat 776 kolam ikan, di mana luas semua kolam mencapai 42 hektare, dengan jumlah produksi per hari mencapai 7-11 ton ikan patin segar. Selain menghasilkan ikan patin segar yang langsung dapat dipasarkan ke beberapa kabupaten dan kota di provinsi Riau, desa Koto Mesjid juga mengolah ikan patin menjadi beberapa turunan seperti salai (ikan asap), ikan asin, bakso, kerupuk, nugget dan beberapa produk olahan lainnya yang jumlahnya mencapai 9 turunan.

Produk turunan dari ikan patin tersebut juga telah berekspansi ke beberapa supermarket di Pekanbaru. Produk-produk tersebut telah  dan menjadi souvenir bagi para wisatawan yang berkunjung ke Pekanbaru dan juga Riau. Bahkan produk turunan tersebut juga telah merambah ke beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand terutama untuk kategori ikan salai, nugget dan ikan asin melalui kerjsama koperasi di negara-negara tersebut.

Produk lain yang saat ini di kembangkan adalah proses pemijahan dan pembibitan ikan patin yang telah mulai berkembang pesat di desa ini. Masyarakat tidak perlu bingung lagi untuk membeli bibit ikan patin karena di desa ini ternyata juga telah menghasilkan dan menjual bibit ikan patin, mesin pelet, dan pelet. Selain itu, sentra pengolahan ikan patin juga telah dibangun di desa tersebut dengan luas sekitar 3 hektar.

Sahabat  yang budiman! Beberapa saat yang lalu, penulis bersama tim telah berkunjung ke desa tersebut dan melakukan beberapa wawancara sekaligus membuktikan semua cerita tentang Desa Koto Mesjid sebagai desa Kampung Patin. Ternyata, desa Koto Mesjid ini sudah sangat terkenal bukan hanya di tingkat nasional melainkan  juga sudah terkenal ke tingkat internasional mengenai keberhasilan usaha mengembangkan jenis ikan patin menjadi usaha kecil dan menengah (UMKM) sebagai basis perekonomian masyarakat.

Atas keberhasilan mengembangkan usaha jenis ikan patin inilah maka desa Koto Mesjid ini sering menjadi tempat wisata agro ekonomi bagi wisatawan manca negara yang berkunjung ke Indonesia. Tercatat telah banyak wisatawan dari Malaysia, Singapura, Thailand, Jepang, Swiss, dan bahkan Amerika Serikat telah menghabiskan waktu untuk bermalam di homestay-homestay yang telah di bangun di desa ini. Mereka bukan hanya belajar berwirausaha, tetapi juga sekaligus menikmati alam desa Koto Mesjid yang masih asri, dingin dan fresh untuk tubuh kita.

Para wisatawan yang datang ini kebanyakan merupakan tamu dari pemerintah daerah, pemerintah provinsi bahkan pemerintah pusat di bawah beberapa naungan kementerian. Hampir setiap hari desa Koto Mesjid menerima tamu yang ingin belajar berwirausaha tentang bagaimana membudidayakan ikan patin sebagai UMKM.


Perjalanan dari kota Pekanbaru menuju desa Koto Mesjid merupakan perjalanan yang sangat menyenangkan. Perjalanan yang juga membutuhkan tantangan karena harus melalui perbukitan terjal dan curam. Tantangan tersebut muncul karena perjalanan ke kampung tersebut disuguhi pemandangan yang sangat luar biasa.

Perbukitan yang menjulang tinggi (merupakan rangkaian Bukit Barisan di sepanjang pulau Sumatera) disebelah kanan dan kiri jalan, serta jurang yang curam dan langsung terhubung dengan sungai Kampar disebelah kiri merupakan tantangan mengemudi yang membutuhkan adrenalin tinggi dan harus penuh kewaspadaan terutama bagi para wisatawan yang datang pertama kali ke desa Koto Mesjid.

Sahabat yang budiman! Sebelum memasuki desa Koto Mesjid, ada beberapa objek wisata yang dapat kita kunjungi. Beberapa objek wisata tersebut antara lain : PLTA Koto Panjang disebelah kiri, panorama Ulu Kasok (yang mirip panorama raja ampat di Papua), puncak Kompe, candi Muara Takus, Danau Rusa  dan beberapa objek wisata lain sepanjang perjalanan menuju desa Koto Mesjid merupakan tempat-tempat yang direkomendasikan untuk di singgahi.

Salah satu tokoh masyarakat desa Koto Mesjid (Arjunalis)  yang juga merupakan kepala desa Koto Mesjid menyatakan bahwa Koto Mesjid merupakan laboratorium nyata yang dapat dijadikan tempat praktek berwirausaha.  Koto Mesjid juga telah dinobatkan sebagai desa digital oleh PT. Telkom Indonesia dan juga desa wisata yang dinobatkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Tokoh masyarakat lain, Wan Chandra menyatakan bahwa hampir sepanjang tahun desa Koto Mesjid menjadi tempat magang masyarakat dari desa lain bahkan dari provinsi lain. Mereka berasal dari beberapa instansi seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pemerintah Daerah, Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, bahkan anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan juga beberapa SMA. Masyarakat desa Koto Mesjid adalah masyarakat yang terbuka untuk kedatangan semua saudara-saudaranya dari tempat lain.

Sahabat yang budiman! Sebagai referensi tambahan buat kita semua, karena keberhasilan masyarakat desa Koto Mesjid dalam budidaya ikan patin maka banyak BUMN dan BUMD yang juga telah menggelontorkan dana CSR nya untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan UMKM di desa tersebut. Beberapa perusahaan tersebut adalah PT. Telkom Indonesia Tbk, PLN, Bank Riau Kepri, BRI , PT. Cevron Pacific Indonesia dan beberapa perusahaan lain.

Keindahan dan keasrian desa Koto Mesjid di kabupaten Kampar juga telah terdengar di telinga beberapa pejabat BUMN. Bahkan ibu Nafsiah Sabri Dahlan (istri Bapak Dahlan Iskan yang pada saat itu menjadi Menteri BUMN) juga pernah menginap di homestay desa Koto Mesjid dan turut serta memasak gulai patin sebagai salah satu program “ayo makan ikan” bagi anak Indonesia. Kemudian  pada 19-20 Februari 2013, bertempat di Desa Koto Mesjid, Kabupaten Kampar, Riau, digelar kegiatan Panen Raya Ikan Patin. Kegiatan ini dihadiri istri Menteri BUMN Ibu Nafsiah Sabri Dahlan Iskan, istri Direktur Utama Telkom Ibu Poni Iravati Arief Yahya, istri Direktur Human Capital & General Affair Telkom Ibu Kirana S. Priyantono Rudito, dan istri Direktur Konsumer Telkom Ibu Sisca Natalleny Sukardi Silalahi.

Sahabat yang budiman! Desa Koto Mesjid sebenarnya merupakan pecahan dari Desa Pulau Gadang yang terletak sekitar 10 kilometer (km) dari lokasi Desa Koto Mesjid. Seiring dengan proses pembangunan PLTA Koto Panjang maka seluruh warga dari Desa Pulau Gadang harus direlokasi ke Desa Koto Mesjid  karena Desa Pulau Gadang adalah salah satu desa yang terdampak pembangunan PLTA Koto Panjang. ”Kami dari daerah pesisir dipindah ke pegunungan dengan diberi uang suguh hati (uang saku), tanah seperempat hektar untuk rumah, dan 2 hektar lahan kebun,” ujar Suhaimi.

Pada saat itu, prioritas pemerintah adalah menjadikan desa Koto Mesjid sebagai daerah perkebunan karet sehingga pemerintah juga telah memberikan bibit karet kepada masyarakat.  Suhaimi mengisahkan, awalnya masyarakat di desa Koto Mesjid  hidup dengan keterbatasan. Kebun yang ditanami karet belum memberi hasil. Sementara life must go on. Dengan berbekal tekad dan semangat yang besar maka Suhaimi mulai bangkit.

Penggagas Kampung Patin ini memulai membangun kolam di sekitar rumahnya. Usaha dan kerja kerasnya dari hari ke hari mulai menampakkan hasil. Akhirnya, pada tahun 2003, Suhaimi dan beberapa masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani (POKTAN) mendapat suntikan dana dari PT. Telkom Indonesia Tbk.

Usaha  Suhaimi dan masyarakat terus berkembang bahkan mereka sudah memiliki beberapa karyawan untuk mengembangkan usahanya. Keberhasilan tersebut telah menjadi semangat bagi masyarakat lainnya untuk mengikuti jejaknya meninggalkan karet sebagai mata pencaharian. Mereka telah menyulap kebun-kebun karet mereka menjadi kolam ikan patin. Bahkan hampir semua rumah di desa ini mempunyai kolam ikan minimal 1. Program ini terkenal dengan 1 rumah 1 kolam.

Sahabat yang budiman! Selain itu, ternyata  PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) telah menyalurkan dana pinjaman untuk budidaya ikan patin di Desa Koto Mesjid dan Pulau Gadang, Kabupaten Kampar, Riau sebesar Rp Rp 8 miliar. Senior General Manager (SGM) Community Development Center, Ade Sulchi, mengatakan bahwa pemberian pinjaman dana bergulir adalah program yang sudah dilakukan Telkom sejak tahun 2003 dengan tujuan membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). “Sejak 2003 hingga triwulan kedua 2012, Telkom telah menyalurkan dana pinjaman sebesar Rp 8 miliar kepada 185 UMK Binaan Telkom di Koto Mesjid dan Pulau Gadang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau” kata Ade Sulchi.

Ayo kita mulai untuk berwirausaha! Mudah-mudahan desa Koto Mesjid menjadi inspirasi buat kita semua untuk membangun daerah masing-masing sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah kita.



Post a Comment

10 Comments