Makna dan Filosofi Tari Persembahan Sekapur Sirih


Sahabat yang budiman! Bangsa Indonesia mempunyai bonus demografi berupa 17.504  pulau, 1.340 suku, dan 652 bahasa daerah yang sudah terverifikasi. Terbentang diatas garis khatulistiwa dan tersebar dari Sabang sampai Merauke hingga Miangas sampai pulau Rotte.  Kekayaan alam,  budaya dan adat istiadat  bangsa Indonesia yang beragam dan sangat banyak menjadikan sebuah kekuatan besar bagi masyarakatnya.

Bonus demografi ini merupakan sebuah berkah bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun dan berbenah untuk menjadi negara maju dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Aset dan kekayaan tersebut hendaknya tetap akan kita jaga dan wariskan secara turun temurun hingga anak cucu kita nanti.

Sahabat yang budiman! Adat istiadat dan budaya bangsa Indonesia tersebut sangat beraneka ragam.  Seni musik tradisional, seni tari tradisional, musik tradisional, upacara adat, ritual adat , tradisi adat dan lain sebagainya merupakan bukti nyata tentang keberagaman yang ada. Keberagaman suku, agama, ras, budaya dan adat istiadat juga akan senantiasa menjadi kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya dan tidak dapat digantikan oleh apapun juga.

Sahabat yang budiman! Tari makan sirih atau lebih populer dengan sebutan tari persembahan adalah  salah satu bentuk kekayaan budaya bangsa Indonesia. Tarian tradisional atau tarian klasik suku Melayu yang tersebar di Riau, Kepulauan Riau dan juga provinsi lain diseluruh Indonesia merupakan bentuk tarian yang dipergunakan untuk menyambut tamu.

Selain itu, tari persembahan sekapur sirih juga dipersembahkan untuk menghormati tamu kehormatan dalam sebuah acara resmi seperti upacara adat, kedinasan, kenegaraan dan juga acara-acara resmi lainnya sebagai bentuk penghormatan tuan rumah kepada tamu yang datang.

Sahabat yang budiman! Sebenarnya, makan sirih sendiri bukan berarti hanyalah sirih saja. Tetapi kadang disertai dengan  pinang  dan kapur sebagai pelengkapnya. Tetapi apabila pinang dan kapurnya tidak ada biasanya orang akan menggunakan dauh sirihnya saja untuk dipersembahkan kepada tamu yang datang.

Bagi masyarakat Riau dan Melayu pada umumnya, sirih bukan hanya sekedar seuntai daun dari pohon sirih. Sirih juga menjadi media perekat dalam pergaulan. Melalui tarian sekapur sirih, masyarakat Riau dan Melayu pada umumnya telah menunjukkan kesadaran bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan dapat hidup sendiri dan harus  berhubungan dengan manusia lainnya

Sahabat yang budiman! Dalam tari sekapur sirih, para penari yang berjumlah 5 orang dan umumnya muda-muda, cantik-cantik dan ramah akan mendatangi tamu yang duduk didepan untuk mengantarkan kotak (tepak) yang berisi daun sirih dan bahan lainnya.  Sirih dalam kotak tersebut kemudian dibuka dan tamu yang dianggap agung/dituakan  diberi kesempatan pertama untuk mengambilnya sebagai bentuk penghormatan, kemudian baru diikuti oleh tamu  lain berdasarkan kedudukan masing-masing.

Sahabat yang budiman! Penamanan kesadaran sosial dari tari sekapur sirih juga sangat kental nuansanya. Kesadaran sosial tersebut diwujudkan dalam bentuk mengantar dan menerima tepak yang berisi sirih dan mengambil serta memakan sirih tersebut. Kesadaran sosial tersebut kemudian mampu menumbuhkan komunikasi yang baik, saling menghargai, dan menghormati terhadap sesama manusia.

Selain itu, adanya tari penyambutan untuk tamu menunjukkan bahwa, orang Melayu sangat menghargai hubungan persahabatan dan kekerabatan sebagai komitmen bersama dalam rangka menghargai keberagaman bangsa Indonesia dibawah naungan Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Asal muasal tari persembahan sendiri sebenarnya merupakan kesepakatan bersama antara tokoh-tokoh dan seniman-seniman Melayu Nusantara yang melakukan MUBES pada tahun 1957 bertempat di Kota Pekanbaru. Dalam acara tersebut juga ditampilkan tarian-tarian dan lagu-lagu Melayu Riau, seperti Tari Serampang Dua Belas, Tari Mak Inang Pulau Kampai, Tari Tanjung Katung dan Tari Lenggang Patah Sembilan. Dalam  musyawarah bersama tersebut, kemudian mereka mengolah sebuah tari untuk persembahan kepada tamu-tamu, dan terciptalah Tari Makan Sirih yang kini menjadi tari persembahan untuk para tamu yang datang.

Sahabat yang budiman! Penari Tari Makan Sirih ternyata harus memahami istilah-istilah khusus dalam tarian Melayu, seperti igal (menekankan pada gerakan tangan dan badan), liuk (gerakan menundukkan atau menganyunkan badan), lenggang (berjalan sambil menggerakkan tangan), titi batang (berjalan dalam satu garis bagai meniti batang), gentam (menari sambil menghentakkan tumit kaki), cicing (menari sambil berlari kecil), legar (menari sambil berkeliling 180 derajat), dan beberapa istilah lainnya.

Sahabat yang budiman! Tari persembahan dipentaskan dengan iringan musik Melayu yang bersumber dari perpaduan instrumen suara marwas, biola atau fill, gendang, gambus, dan akordion. Suara akordian merupakan unsur yang penting dalam musik Melayu, mengingat suara tersebut yang menjadi kekhasan musik Melayu.

1.Ragam gerak tari yang harus dipelajari dengan penjiwaan, penuh kedisiplinan dan kesabaran  agar dapat menguasai tari ini dengan baik menggambarkan kepada kita semua bahwa dalam kehidupan ini kita harus terus berlatih dengan disiplin terhadap apapun bentuk cita-cita dan pekerjaan sehingga kita akan menjadi orang yang benar-benar mampu dan dapat diandalkan untuk semua bidang yang menjadi passsion hidup kita dan tidak setengah-setengah dalam mewujudkannya.

Sahabat yang budiman! Kesuksesan dan keberhasilan seseorang terhadap suatu bidang biasanya juga diirngi dengan sifat disiplin yang melekat pada dirinya. Keduanya merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Kesuksesan dan keberhasilan seseorang juga karena sifat yang sabar dalam bekerja dan berjuang dalam meraihnya.

Jarang sekali kita mendengar bahwa seseorang akan berhasil dan sukses tetapi tidak diiringi dengan sifat disiplin. Yang ada justru ketika muncul pertanyaan mengapa seseorang itu sukses dan berhasil? Jawabannya pasti hampir sama, yaitu karena orang tersebut disiplin, sabar dan tidak mudah menyerah dalam meraih kesuksesannya tersebut.

Tari Sekapur sirih telah mengajarkan dan mengingatkan hal tersebut kepada kita semua.

2.Pemberian tepak yang berisi sirih kepada tamu yang dihormati/dituakan/diagungkan dan sang tamu pun harus menyambutnya serta memakannya menggambarkan kepada kita bahwa dalam kehidupan ini kita harus selalu menumbuhkan sifat saling menghargai satu sama lain.

Sahabat yang budiman! Dalam hidup ini, etika, sopan santun  dan tata krama harus menjadi pegangan agar hidup kita mempunyai makna dan dapat dihargai oleh orang lain. Hidup kita memang harus “ berjenjang naik bertangga turun” dan “ yang tua didahulukan selangkah dan yang cerdik  ditinggikan seranting”.

Dalam menghormati pemimpin, kita juga seharusnya menganut prinsip “ ditinggikan seranting, didahulukan selangkah”. Hal ini bermakna bahwa dalam tari persembahan, seseorang yang mendapat giliran pertama untuk menerima tepak dan memakan sirih tetap yang mempunyai kedudukan lebih tinggi, kemudian baru menyusul jenjang kedudukan berikutnya.

Begitu juga sang pemimpin, pemberian sirih tetap harus dimakan walaupun sifatnya adalah sebuah formalitas. Apabila sebagai pemimpin kita tidak mau memakannya maka akan menyinggung tuan rumah beserta tokoh masyarakat dan ninik mamak yang hadir sebagai tuan rumah.

3.Gerak tari persembahan yang sangat sederhana, bertumpu pada gerakan tangan dan kaki serta  gerakan menunduk sambil merapatkan telapak tangan menggambarkan kepada kita bahwa dalam hidup ini etika, sopan santun, dan sifat sederhana harus tetap dijaga agar tercipta suasana dan harmonisasi dalam tatanan berbangsa dan bernegara.

Sahabat yang budiman! Menghargai dan menghormati tamu adalah sebuah kewajiban kita. Pepatah menyatakan bahwa tamu adalah raja. Layaknya seorang raja, maka tamu harus dihormati dan dimuliakan oleh tuan rumah. Apalagi tamu yang dimaksud dalam tari persembahan sekapur sirih ini memang tamu yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dibandingkan peserta yang hadir dalam acara tersebut.

Gerak tari persembahan telah mengajarkan kepada kita semua bahwa untuk menghormati tamu dan orang yang dimuliakan kita tetap harus menundukkan sedikit badan kita sebagai bentuk rasa hormat kita pada orang tersebut. Selain itu, dengan menundukkan sedikit badan kita berarti kita juga telah menanamkan etika dan sopan santun kita kepada orang lain.

4.Penari persembahan sekapur sirih yang muda, cantik, ramah  dan penuh senyum menggambarkan kepada kita bahwa dalam hidup ini kita tetap harus menanamkan sifat ramah kepada siapa saja tanpa memandang umur dan asal-usulnya.

Sahabat yang budiman! Senyum tulus dan ikhlas yang terpancar dari aura penari persembahan sekapur sirih telah menyadarkan kepada kita tentang keindahan dunia yang lenuh peradaban. Sesuatu yang indah tetap akan kelihatan indah walaupun di lihat dari sudut yang berbeda.

Para penari tetap akan terlihat cantik, ramah dan penuh senyum walaupun dilihat dari depan, sudut kiri, sudut kanan ataupun dilihat dari belakang. Itulah nilai estetika dari tari persembahan sekapur sirih yang dibawakan oleh wanita-wanita muda cantik, ramah dan penuh senyum keikhalasan.

5.Musik pengiring tari sekapur sirih yang khas melayu dan diiringi dengan suara merdu serta  bertema gembira menggambarkan kepada kita bahwa bahwa dalam hidup ini kita harus menjadi tuan rumah yang senang dan gembira dalam menyambut tamu yang datang kerumah kita. tersebut.

Sahabat  yang budiman! Bentuk rasa senang dan gembira dari tamu yang datang kepada kita adalah kita akan memperlakukan tamu tersebut dengan tulus dan sebaik-baiknya. Kita tidak boleh mengecewakan dan membuat tamu kita tidak nyaman dengan daerah ataupun rumah kita.

Begitu juga sang tamu, biasanya kesan tuan rumah yang baik, ramah, dan tulus ikhlas akan tetap diingat sepanjang masa dan tetap menjadi catatan indah bagi sang tamu yang pernah mengunjungi rumah kita.

Tari persembahan sekapur sirih telah menyadarkan kita semua untuk selalu menjaga norma-norma sosial yang bermuara pada sifat saling hargai menghargai antar sesama manusia.


Post a Comment

4 Comments