Implementasi Pendekatan Scientific Approach dalam Proses Pembelajaran


Sahabat yang budiman! Scientific Approach adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran dengan menitikberatkan pada penggunaan metode ilmiah dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini di dasari pada esensi pembelajaran yang sesungguhnya merupakan sebuah proses ilmiah yang dilakukan oleh siswa dan guru didalam kelas.

Scientific approach  juga merupakan sebuah pendekatan yang dikembangkan dari scientific method (metode ilmiah) yang pada awalnya banyak digunakan dalam pembelajaran sains atau llmu alam.

Sahabat  yang budiman! Saat ini pendekatan saintifik dikembangkan untuk digunakan hampir pada seluruh mata pelajaran, khusus pada kurikulum 2013 pendekatan saintifik pada mata pelajaran awalnya diterapkan pada mata pelajaran IPA, akan tetapi sekarang berkembang pada mata pelajaran lain, bahkan pembelajaran dengan tematik integratif.

Bernard dalam Keyes (2010: 21) menyatakan bahwa:

“A scientific method based on three assumptions:(a) that reality is ‘out there’ to be discovered; (b) that direct observation is the way to discover it; and (c) that material explanations for observable phenomena are always sufficient, and that metaphysical explanations are never needed”.

Sahabat  yang budiman! Metode ilmiah berdasarkan pada 3 asumsi, (a) kenyataan “di luar sana” untuk diketahui, (b) observasi langsung adalah cara mengetahui itu, (c) penjelasan tentang hal-hal pada kejadian yang dapat diamati selalu mencukupi dan penjelasan metafisik tidak pernah dibutuhkan. Jadi pada dasarnya metode ilmiah membuat siswa melakukan berbagai pengalaman belajar melalui observasi dan menjelaskan hasil pengamatan.

Sahabat  yang budiman! Metode ilmiah memiliki karakteristik “doing science”. Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Varelas & Ford, 2008: 31).

Di Indonesia, proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan scientific approach sebagaimana yang tercantum pada Standar Proses. Metode ilmiah dari pendekatan ini menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia (Atsnan & Gazali, 2013: 54).

Sahabat  yang budiman! Scientific approach atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya, ada yang menjadikan scientific sebagai pendekatan ataupun metode. Namun karakteristik dari pendekatan scientific tidak berbeda dengan metode scientific (scientific method).

Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Scientific approach dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

Sahabat yang budiman! Dengan scientific approach diharapkan  membuat siswa berpikir ilmiah, logis, kritis dan objektif sesuai dengan fakta yang ada. Sementara, jika merujuk pada data sosialisasi kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Pendidikan Tinggi Indonesia, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, antara lain:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Sahabat yang budiman! Dalam pendekatan ilmiah, ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Dari hasil pengamatan saya, ada beberapa masalah yang terdapat dalam setiap langkahnya. Antara lain:

1. Mengamati (Observing)

Sahabat  yang budiman! Masalah yang terdapat pada proses ini adalah pada aspek waktu, dimana pada proses mengamati memerlukan waktu yang tidak sedikit. Dari segi biaya, proses ini juga memakan biaya yang tak sedikit, sama halnya dengan tenaga yang dikeluarkan.

Tingkat konsentrasi dan focus pada proses ini harus tinggi, jika tidak hal ini bisa membuat apa yang ingin pelajari menjadi kabur dan tidak jelas.

2. Menanya (Questioning)

Sahabat  yang budiman! Pada proses menanya, masalah yang muncul biasanya berasal dari pertanyaan itu sendiri. Kendalanya adalah kesulitan dalam membuat pertanyaan yang baik dan menarik minat siswa serta membuat siswa berpikir kritis terhadap suatu kajian. Dibutuhkan pengalaman sehingga mempunyai keterampilan untuk membuat pertanyaan yang menarik.

3. Menalar (Associating)

Sahabat  yang budiman! Pada tahap ini, masalah yang saya temukan adalah cara menumbuhkan keterampilan siswa untuk berpikir induktif dan deduktif serta menarik kesimpulan dari setiap fenomena baik itu khusus ataupun umum.

Kesulitan lain yang terdapat pada tahap ini adalah menarik hubungan dari setiap fenomena yang ada.

4. Mencoba (Experimenting)

Sahabat yang budiman! Dalam pelajaran sejarah, tahapan ini salah satunya dilakukan agar peserta didik mampu mengaitkan fakta-fakta sejarah dengan kehidupan sehari-hari. Jika dalam metode pembelajaran ini disebut dengan contextual teaching learning. Masalah yang ada adalah dari kesiapan guru dalam menyajikan pelajaran dan mengaitkannya dengan fenomena yang sekarang terjadi.

5. Membentuk Jejaring (Networking)

Sahabat  yang budiman! Pada tahap ini siswa dan guru saling bertukar informasi, siswa bisa mengakses informasi dari mana saja termasuk internet. Masalahnya adalah masih banyak guru yang belum bisa memanfaatkan internet dan menggunakannya untuk pembelajaran.

Post a Comment

2 Comments