Makna dan Filosofi Andhika Bhayangkari



loading...
Hi, sahabat yang budiman! Mars dari Instrumen Andhika Bhayangkari sering kita dengar dalam upacara hari-hari besar nasional. Tak jarang terkadang kita sampai menitikkan airmata, terhanyut dalam larutan alunan musik Mars Andhika Bhayangkari.

Walau hanya sekilas kita mendengarkan alunan Mars Andhika Bhayangkari tersebut, namun sudah membawa seluruh peserta upacara, tamu undangan bahkan penonton hanyut dalam suasana trenyuh dan hening.

Sahabat yang budiman! Ternyata, Mars Andhika Bhayangkari mempunyai filosofi dan syarat dengan makna yang tersirat didalamnya. Laman24 akan mengulasnya dengan  lebih detil untuk menambah wawasan para sahabat sekalian sebagai generasi milenial agar tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai ini.


A.Lirik Andhika Bhayangkari

Dari lirik lagu yang ditulis tersebut muncul makna dan filosofi besar tentang bagaimana menjaga keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mars Andhika Bhayangkara juga berfungsi untuk merekatkan semua bangsa Indonesia dalam naungan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan Nusantara.

B.Filosofi Andhika Bhayangkari

Sahabat yang budiman, Andhika Bhayangkari sebenarnya adalah Mars Defile Tentara Republik Indonesia (TNI) yang dahulu disebut  Angkatan Bersenjata Republik Indonesai (ABRI) Karya Maestro Amir Pasaribu.

Sebagai tambahan, pada awalnya TNI dan POLRI melebur menjadi satu atas nama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) tetapi seiring dengan era reformasi yang bergulir, maka TNI dan POLRI dipisahkan demi efektivitas kinerja dan peningkatan profesionalisme baik di kalangan personil TNI dan personil POLRI.

Sahabat yang budiman! Andhika Bhayangkari sendiri mempunyai arti penjaga atau pengawal setia. Dalam bahasa jawa andika berarti adik, dan bhayangkari, berarti penjaga atau pengawal setia. Hal ini didasari pada sejarah  pada zaman Gajah Mada dimana Maha Patih Gajah Mada dan 15 Andhika Ba-hayangkari pernah menyelamatkan Raja Jayanegara.

Dari keberhasilan menyelamatkan Raja Jayanegara tersebutlah akhirnya muncul fatwa Ratu Siwa tentang Tri Pakarti dari Kaputren. Fatwa tersebut adalah ra-strawsewakottama (abdi dalem kekuasaan), nagar-ayanottama (warga teladan), dan nucasanadharma (penjaga ketertiban rakyat). Tri Prakarti ini akhirnya dikenal dengan Tri Brata (Tribrata dalam pengertian lama merupakan dua kata yang ditulis tidak terpisahkan).

Sahabat yang budiman! Tri artinya tiga dan brata / wrata artinya jalan / kaul. Maka artinya adalah tiga jalan / kaul. Sedangkan tribrata dalam pengertian baru telah menjadi satu suku kata TRIBRATA yang artinya Tiga Azas Kewajiban. Maka dalam pengucapannyapun tidak boleh lagi ada pemenggalan kata antara TRI dan BRATA  melainkan menjadi satu ucapan kata yaitu TRIBRATA.

Makna Tribrata sebenarnya adalah nilai dasar yang merupakan pedoman moral dan penuntun nurani bagi setiap anggota Polri serta dapat pula berlaku bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya.

Selanjutnya, Maha Patih Gajah Mada pun melakukan heneng hening eling, yaitu merangkul Bhatara Sapta Prabu, mengelusi selendang Ratu Angabaya dan memegangi lengan Jalanidi. Dan akhirnya mengalirlah sebuah kearifan dalam bentuk kata “Wong ngawula ing ratu luwih pakewuh.Nora kena minggang-minggring." Pengabdian itu jangan setengah-setengah. Hal tersebut terjadi karena sebenarnya Andhika Bhayangkari adalah pengayom sekaligus penentram keamanan penguasa.

Sahabat yang budiman! Pencipta lagu Andhika Bhayangkari, Amir Pasaribu, adalah seorang komponis dan pelopor musik klasik Indonesia. Amir Pasaribu meninggal dunia pada usia 94 tahun di  Medan Sumatera Utara pada tanggal 10 Februari 2010. Beliau benar-benar telah berjasa dibidang musik dan  sebagai tanda kehormatan kepada almarhum. Presiden Republik Indonesia,  Megawati Soekarno Putri telah menganugerahkan Bintang Budaya Paradharma pada tanggal 15 Agustus 2002.

Sahabat yang budiman! Dalam lirik Andhika Bhayangkari ternyata banyak makna, inspirasi dan filosofi yang dapat diambil dan dijadikan pedoman bagi para generasi milenial.  Adapun filosofi Andhika Bayangkari adalah sebagai berikut:

1. Andhika Bhayangkari Pencipta Sapta Marga.

   Sapta Marga adalah tujuh prinsip dasar yang harus dimiliki oleh para prajurit TNI. Ketujuh prinsip     Sapta Marga tersebut adalah sebagai berikut:
  1.Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Bersedikan Pancasila.
  2.Kami Patriot Indonesia, Pendukung Serta Pembela Ideologi Negara yang Bertanggung Jawab dan      Tidak Mengenal Menyerah.
  3.Kami Kesatria Indonesia, yang Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Serta Membela                     Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan.
  4.Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Adalah Bhayangkari Negara dan Bangsa Indonesia.
  5.Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Memegang Teguh Disiplin, Patuh dan Taat Kepada             Pimpinan Serta Menjunjung Tinggi Sikap dan Kehormatan Prajurit.
  6.Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Mengutamakan Keperwiraan di Dalam Melaksanakan         Tugas Serta Senantiasa Siap Sedia Berbakti Kepada Negara dan Bangsa.
  7.Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Setia dan Menepati Janji Serta Sumpah Prajurit.

2. Andhika Bhayangkari Penjaga Pancasila.

  Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tetap harus terjaga sepanjang masa. Tidak boleh    ada ideologi lain selain Pancasila karena hal tersebut telah tertuang dalam pembukaan Undang            Undang Dasar 1945. Kelima sila dari Pancasila tersebut adalah sebagai berikut:
  1.Ketuhanan yang Maha Esa
  2.Kemanusiaan yang adil dan beradab
  3.Persatuan Indonesia
  4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
  5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

loading...
3. Andhika Bhayangkari adalah penjaga Bhinneka Tunggal Ika.

Sahabat yang budiman,  untuk kita ketahui bersama bahwa semboyan yang dijadikan semboyan resmi Negara Indonesia pada awalnya sangat panjang, yaitu Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.

Sejarah semboyan Bhineka Tunggal Ika dikenal untuk pertama kalinya pada masa Majapahit di era kepemimpinan Wisnuwardhana. Perumusan semboyan Bhineka Tunggal Ika ini dilakukan oleh Empu Tantular dalam kitab Sutasoma.

Perumusan semboyan ini pada dasarnya merupakan pernyataan kreatif dalam usaha mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan. Hal itu dilakukan sehubungan usaha bina Negara kerajaan Majapahit saat itu. Semboyan Negara Indonesia ini telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap system pemerintahan pada masa kemerdekaan.

Bhineka Tunggal Ika pun telah menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indoesia. Dalam kitab Sutosoma, definisi Bhineka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan dalam hal kepercayaan dan keaneragaman agama yang ada di kalangan masyarakat Majapahit.

Konsep Bhineka Tunggal Ika bukan hanya perbedaan agama dan kepercayaan menjadi fokus, tetapi pengertiannya lebih luas. Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara memiliki cakupan lebih luas, seperti perbedaan suku, bangsa, budaya (adat-istiadat), beda pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan yang menuju persatuan dan kesatuan Negara.

Seluruh perbedaan yang ada di Indonesia menuju tujuan yang satu atau sama, yaitu bangsa dan Negara Indonesia. Berbicara mengenai Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, lambang Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditetapkan secara resmi menjadi bagian dari Negara Indonesia melalui Peraturan Pemerintahan Nomor 66 Tahun 1951 pada 17 Oktober 1951 dan di undang – undangkan pada 28 Oktober 1951 sebagai Lambang Negara.

4. Andhika Bhayangkari adalah Penjaga Nusantara

Sahabat yang budiman! Dalam pesan lirik yang ditulis oleh pencipta lagu sangat jelas bahwa Andhika Bhayangkari harus menjadi pelecut semangat untuk menjaga Tanah Air dan Bangsa Indonesia. Nusantara sendiri sebenarnya adalah berasal dari dua kata bahasa Sanskerta, yaitu nusa yang berarti “pulau” dan antara yang berarti “luar”.

Dahulu, nusantara digunakan untuk menyebut pulau-pulau di luar Majapahit (Jawa). Perkataan Nusantara kita dapatkan dari Sumpah Palapa Patih Gajah Mada yang diucapkan dalam upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Kerajaan Majapahit (tahun 1258 Saka/1336 M) yang tertulis di dalam Kitab Pararaton (Raja-raja).

Adapun bunyi Sumpah Palapa yang diucapkan Maha Patih Gajah Mada adalah sebagai berikut; “ Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada, “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

Arti dari Sumpah tersebut adalah sebagai berikut:, ” Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, “Jika telah mengalahkan nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”.

Sahabat yang budiman! Beberapa istilah dalam sumpah tersebut adalah, Gurun = Nusa Penida, Seran = Seram, Tañjung Pura = Kerajaan Tanjungpura, Ketapang, Kalimantan Barat, Haru = Sumatera Utara (ada kemungkinan merujuk kepada Karo), Pahang = Pahang di Semenanjung Melayu, Dompo = Dompu, sebuah daerah/kabupaten di pulau Sumbawa, Bali = Bali, Sunda = Kerajaan Sunda, Palembang = Palembang atau Kerajaan Sriwijaya, Tumasik = Singapura.

loading...

Post a Comment

15 Comments

  1. Andhika Bhayangkari simbol kewibawaan bangsa Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. penuh dengan makna tersirat yang sulit diartikan tapi sangat dekat dirasakan...

      Delete
  2. suka dengar musiknya dan sekaligus terhanyut kadang2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Musik Andhika Bhayangkari mengajak kita untuk selalu mencintai negara kita

      Delete
  3. Kehormatan bangsa ada di dada kita ....andhika bhayangjari adalah mesiunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mudah2an menjadi semangat buat kita untuk selalu berbuat terbaik untuk negara ini

      Delete
  4. nilai-nilai kebangsaan harus selalu diingat oleh para generasi milenial

    ReplyDelete
    Replies
    1. suai gan....para generasi milenial harus mengathui sejarah perjuangan bangsa yang akan selalu menjadi pondasi buat mereka untuk melangkah

      Delete
  5. Terima kasih dan sangar membantu

    ReplyDelete
  6. Andhika Bhayangkari Bakti Kami untuk Negeri

    ReplyDelete
  7. terima kasih karena jadi memahami Andhika Bhayangkari

    ReplyDelete