Filosofi Tinta : Mengambil Makna dari Pengaruh Tinta


Sahabat yang budiman! Ada sebuah pelajaran yang dapat kita ambil dari setitik tinta. Pernahkah kita mencoba meneteskan setitik tinta ke dalam semangkuk air putih yang bening?. Bila pernah, apa yang kita lihat?. Ya, bisa dipastikan bahwa air yang bening itu akan berubah warna menjadi hitam keruh. Setitik tinta yang memberi pengaruh besar terhadap lingkungannya.

Sebaliknya, jika setetes air bening yang kita masukkan ke dalam semangkuk tinta, maka tidak berpengaruh apa-apa. Untuk membuat tinta hitam menjadi bening perlu butuh banyak tetes air. Bahkan satu drum air pun tak akan mampu membuat tinta menjadi tampak benar-benar bening seperti beningnya air.

Sahabat  yang budiman! Kita sering menyepelekan satu keburukan atau satu kecurangan yang kita lakukan. Tapi, tanpa kita sadari satu kecurangan yang telah kita biarkan itu akan meninggalkan bekas yang memberikan pengaruh besar bagi diri kita.

Perlahan menjadikan keburukan tersebut melekat sebagai identitas kita. Keburukan pertama, mendorong kita untuk melakukan keburukan selanjutnya. Kecurangan pertama, mendorong terjadinya kecurangan yang kedua. Kebohongan pertama untuk kebohongan selanjutnya dan kejelekan satu untuk yang berikutnya. Begitulah adanya.

Sahabat yang budiman! Satu kejelekan akan mampu menghitamkan semua perilaku kita. Termasuk semua kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan. Jika kita tidak hati-hati. Satu tetes kejelekan yang kita lakukan mampu mengkeruhkan kebaikan yang satu mangkuk.

Demikian sebaliknya, untuk menjadikan suatu kebaikan sebagai karakter kita butuh waktu yang lama dan berulang-ulang sehingga ia menjadi banyak dan mampu mengubah karakter yang lebih baik. Itulah yang diajarkan oleh tinta dan air.

Sahabat yang budiman! Butuh banyak air untuk menjadikan warna tinta menjadi bening. Bahkan jika kita lanjutkan analogi ini, sebanyak apapun air yang kita tumpahkan ke dalam tinta tersebut maka, tidak akan pernah menjadi sebening air yang belum pernah kena tetesan tinta. Hal tersebut terjadi karena didalam air telah ada tetesan tinta.

Sahabat yang budiman! Begitulah gambaran yang menandakan manusia tidak ada yang sempurna. Tidak ada yang benar-benar bersih, walaupun ia seorang ulama atau seorang habaib. Jadi, marilah mulai sekarang kita harus lebih hati-hati dan waspada dengan hal-hal yang kecil yang terkadang kita anggap remeh temeh. Padahal berdampak sangat besar dan sangat signifikan buat kehidupan kita yang lebih baik lagi di kemudian hari.


Post a Comment

1 Comments