Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa



A. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi.  Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Winkel (1996) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang, sehingga  prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. 

Benyamin S. Bloom juga menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Sementara, pengertian prestasi belajar  menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah hasil yang diperoleh berupa kesan – kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka.

Slamento Abdul Hadis mengatakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu dalam memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya.

Menurut Muhibbin Syah (2008) prestasi belajar adalah keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Sedangkan menurut Taulus Tu’u (2004) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka ynag diberikan oleh guru.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. 

Menurut Slamento (2003) dan Ngalim Purwanto (2002), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terbagi dua, yaitu faktor Internal dan faktor Eksternal.

C. Faktor Internal

Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Faktor internal terdiri dari:

1. Faktor Fisiologis (Jasmani)

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

Keletihan fisik pada siswa berpengaruh juga dalam prestasi belajarnya. Menurut Cross dalam bukunya The Psychology of Learning, keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam faktor, yaitu:

a) Keletihan indra siswa

Keletihan indera dalam hal ini, lebih mudah dihilangkan dengan cara istirahat yang cukup, tidur dengan nyenyak, dan lain sebagainya.

b) Keletihan fisik siswa

Muhibbin Syah dalam Psikologi Penidikan menyatakan bahwa  Keletihan fisik siswa berkesinambungan dengan keletihan indera siswa, yakni cara menghilangkannya relative lebih mudah, salah satunya dengan cara mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, menciptakan pola makan yang teratur, merelaksasikan otot-otot yang tegang.

c) Keletihan mental siswa

Keletihan mental siswa ini dipandang sebagai faktor utama penyebab adanya kejenuhan dalam belajar, sehingga cara mengatasi keletihannya pun cukup sulit. Penyebab timbulnya keletihan mental ini diakibatkan karena kecemasan siswa terhadap dampak yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri, kecemasan siswa terhadap standar nilai pada pelajaran yang dianggap terlalu tinggi, kecemasan siswa ketika berada pada keadaan yang ketat dan menuntut kerja intelek yang berat, kecemasan akan konsep akademik yang optimum sedangkan siswa menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri (selfimposed).

2. Faktor psikologis (intelegensi, minat, bakat, motivasi)

Setiap individu peserta didik, pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut  mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi :

a) Intelegensi/ Kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal, selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuankemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Maka Slameto-punmengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

Jika siswa mengalami tingkat intelegensi yang rendah, siswa tidak dapat mencerna pelajaran dengan baik, dia akan mendapatkan kesulitan dalam belajarnya. Adapun makna dari kesulitan belajar itu sendiri, yaitu anak-anak ataupun remaja yang mengalami kesulitan belajar (learning disability) memiliki intelegensi normal ataupun diatas rata-rata namun mengalami kesulitan setidaknya satu mata pelajaran.

Kesulitan mereka tidak dapat dijelaskan oleh masalah atau gangguan lain sesuai hasil diagnosis, seperti retardasi mental. Konsep umum dalam kesulitan belajar meliputi masalah dalam mendengarkan, konsenterasi, berbicara, dan berfikir (Raymon,2004). Dari kesulitan belajar inilah maka akan terjadi kejenuhan dalam belajar. Kejenuhan dapat diartikan padat atau jenuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun.

Jenuh juga dapat diartikan dengan bosan. Kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak membuahkan hasil (Reber, 1988). Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan yang diperoleh dan kecakapan yang di peroleh tidak ada kemajuan.

Seorang siswa yang sedang mengalami kejenuhan ini sistem akalnya tidak akan bekerja dengan baik seperti sebagaimana yang diharapkan. Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa sampai pada tingkat keterampilan berikutnya (Chaplin, 1972).

b) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenal beberapa kegiatan.Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.

Slameto mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa kasih sayang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan.

Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.

c) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto yang menyatakan  bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan  kata attitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.

Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Bakat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

d) Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

Konsep diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, atau pandangan orang kain terhadap dirinya baik secra fisik, sosial dan spiritual. Jenis-jenis konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Konsep diri Positif merupakan konsep diri yang membuat seseorang mampu menilai dirinya sendiri, mampu menerima kelebihan serta kekurangannya dan mempunyai tujuan untuk menghilangkan kekurangan yang ada dalam dirinya sehingga menjadi pribadi yang lebih baik. Konsep diri yang positif akan mempermudah kita mencapai kesuksesan.

b. Konsep diri negatif merupakan penilaian terhadap diri sendiri yang menilai bahwa dirinya itu lemah, banyak kekurangannya, bersifat pesimis. Sehingga semakin sulit orang berkonsep diri negatif ini mencapai kesuksesan. Dengan adanya konsep diri yang positif akan menimbulkan pribadi yang penuh rasa percaya diri, optimis, berani menghadapi tantangan. Sedangkan dengan konsep negatif akan menimbulkan ketidak percaya dirian, memiliki rasa takut gagal dan pesimis.

Bidang-bidang perkembangan pribadi dan sosial yang penting bagi anak-anak sekolah dasar adalah konsep diri dan harga diri. Kedua aspek perkembangan anak-anak ini akan sangat dipengaruhi oleh pengalaman dalam keluarga, sekolah, dan dengan teman sebaya.

Konsep diri meliputi cara kita memahami kekuatan, kelemahan, kemampuan, sikap dan nilai. Perkembangannya dimulai sejak lahir dan terus-menerus dibentuk oleh pengalaman. Harga diri merujuk pada proses kita mengevaluasi kemampuan dan keterampilan yang kita miliki.

D. Faktor Eksternal

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Hal ini dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Faktor eksternal terdiri dari:

1. Faktor keluarga, Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi siswa. Dari lingkungan keluarga inilah yang pertama kali anak dikenalkan dan menerima pendidikan dan pengajaran terutama dari ayah dan ibunya. Pengaruh keluarga bagi siswa adalah berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik siswa.

Dengan adanya perhatian dari orang tua terhadap pendidikan akan membuat anak termotivasi untuk belajar. Pola asuh orang tua sangat memengaruhi prestasi anak dalam belajar disekolahnya.Pada umumnya orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, tetapi seringkali orang tua keliru dalam mengasuh anak-anaknya. Menurut Diana Bamruid (1991), ada empat gaya pengasuhan orang tua, yaitu :

a. Pengasuhan orang tua otoritarian (authoritarian parenting). Merupakan gaya yang bersifat menghukum dan membatasi dimana orang tua berusaha keras agar remaja mengikuti pengarahan yang diberikan dan menghormati pekerjaan dan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh orang tua. Orang tua otoritarian merupakan orang tua yang memberikan batasan-batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja dan kurang komunikasi secara verbal.Gaya ini berkaitan dengan remaja yang tidak berkompeten secara sosial.

b. Pengasuhan orang tua otoritatif (authoritative parenting). Merupakan gaya yang mendorong anak untuk bersikap mandiri namun masih membatasi dan  mengendalikan aksi-aksi mereka. Orang tua otoritatif adalah gaya yang memberikan kesempatan mereka untuk berdialog secara verbal. Selain itu orang tua juga bersikap hangat dan mengasuh.gaya ini berkaitan dengan anak yang remaja secara social.

c. Pengasuhan orang tua yang acuh tak acuh (neglectful parenting) Sebuah gaya dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan remaja. Gaya ini berkaitan dengan ketidak kompetenan remaja secara sosial, khususnya kurangnya pengendalian diri. d. Pengasuhan orang tua yang permisif (indulgent parenting) Suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupannya, namun hanya memberikan sedikit tuntunan atau kembali terhadap mereka. Gaya ini berkaitan dengan ketidak kompetenan remaja, khususnya pengendalian diri.

2. Faktor lingkungan sekolah, mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar karena hampir sepertiga dari kehidupan siswa sehari-hari berada disekolah. Faktor yang dapat menunjang keberhasilan adalah metode mengajar guru,  kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, sarana dan prasarana pembelajaran, kedisiplinan waktu yang diterapkan.

3. Faktor masyarakat, faktor lingkungan masyarakat disebut juga sebagai faktor lingkungan sekitar siswa dimana ia tinggal, Faktor lingkungan masyarakat ini juga memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa. Diantaranya yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Referensi:

DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI)
John Santrock, (2007), Remaja (andolescence). Jakarta: Gelora Aksara Pratama
Muhibbin Syah, (2008),  Psikologi Belajar. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah. (2013), Psikologi Penidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto, (2002), Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Robert Slavin, (2011), Psikologi Pendidikan (Educational Psychology), Jakarta:Indeks
Sadirman, (2011), Interaksi dan Belajar Mengajar. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah, (1994),  Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional
W.S Winkel,  (2007), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : Gramedia
Syaiful Bahri Djamarah, (1994), Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional.

Post a Comment

0 Comments