Membangun Etika dan Moral ditengah Kehidupan Masyarakat Modern


A. Pengertian Etika dan Moral

Dalam kehidupan masyarakat modern saat ini, setiap individu masyarakat dalam interaksi pergaulannya dengan anggota masyarakat lainnya atau dengan lingkungannya, tampaknya cenderung semakin bebas, leluasa, dan terbuka.

Akan tetapi dengan seluruh hingar bingarnya kehidupan modern dan kecanggihan teknologi seperti sekarang ini bukan berarti tidak ada batasan sama sekali. Sekali saja orang melakukan kesalahan dengan menyinggung atau melanggar batasan hak-hak asasi orang lain, maka orang tersebut akan berhadapan dengan dengan sanksi hukum berdasarkan tuntutan dari orang yang merasa dirugikan hak asasinya.

Hal tersebut tentu saja berbeda dengan kondisi masyarakat masa lalu, yang cenderung bersifat kaku dan tertutup karena karena kehidupan sehari-harinya juga dibatasi oleh berbagai nilai normatif serta sesuatu yang tabu ataupun larangan yang secara adat yang wajib dipatuhinya.

Gambaran tersebut menunjukan bahwa dalam kehidupan sehari-hari setiap anggota masyarakat akan berhadapan dengan batasan-batasan nilai normatif, yang berlaku pada setiap situasi tertentu yang cenderung berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat itu sendiri.

Batasan-batasan nilai normatif dalam interaksi dengan masyarakat dan lingkungannya itulah yang kemudian dapat kita katakan sebagai nilai-nilai etika. Sedangkan nilai-nilai dalam diri seseorang yang akan mengendalikan dimunculkan atau tidaknya kepatuhan terhadap nilai-nilai etika dapat kita sebut dengan moral ataupun moralitas.

Istilah etika dalam bahasa Indonesia sebenarnnya berasal dari bahasa Yunani: Ethos, yang berarti kebiasaan atau watak. Etika juga berasal dari bahasa Perancis : etiquette atau biasa diucapkan dalam bahasa Indonesia dengan istilah etiket yang berarti juga kebiasaan atau cara bergaul ataupun berperilaku yang baik.

Selain itu, etika sebenarnya lebih merupakan pola perilaku atau kebiasaan yang baik dan dapat diterima oleh lingkungan pergaulan seseorang atau suatu lingkungan organisasi tertentu. Dengan demikian, tergantung kepada situasi dan cara pandangnya, seseorang dapat menilai apakah etika yang digunakan atau diterapkan itu bersifat baik atau buruk.

Moralitas atau moral adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin. Mos (jamak: mores) yang berarti cara hidup atau kebiasaan. Secara harfiah istilah moral sebenarnya berarti sama dengan istilah etika, tetapi dalam prakteknya istilah moral atau moril sebenarnya telah jauh berbeda dari arti harfiahnya.

Moral atau morale dalam bahasa Inggris dapat diartikan sebagai semangat atau dorongan batin dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Moral atau moralitas ini dilandasi oleh nilai-nilai tertentu sebagai sesuatu yang baik atau buruk, sehingga bisa membedakan mana yang patut dilakukan dan mana yang tidak patut dilakukan.

B. Perbedaan Etika dan Moralitas

Walaupun dari pengertian baik etika dan moral diatas telah menjelaskan perbedaan keduanya, namun menurut Solomon ada dua perbedaan mendasar antara etika, moral dan moralitas. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Etika berkenaan dengan disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya dan dalam hal ini etika merupakan salah satu cabang filsafat.

2. Etika merupakan pokok permasalahan dalam disiplin ilmu itu sendiri, yaitu nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia. Moral, dalam pengertian umum menaruh penekanan pada karakter atau sifat-sifat individu yang khusus, diluar ketaatan kepada peraturan. Maka moral merujuk pada tingkah laku yang bersifat spontan seperti rasa kasih, kemurahan hati, kebesaran jiwa, dan lain sebagainya.  Sedangkan moralitas mempunyai makna yang lebih khusus sebagai bagian dari etika.

Selain itu, moralitas berfokus pada hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang abstrak dan bebas. Orang yang mengingkari janji yang telah diucapkannya dapat dianggap sebagai orang yang tidak dapat dipercaya atau tidak etis tetapi bukan berarti tidak bermoral.

Namun contoh lain pada saat kita nampak bahwa seseorang melakukan kekerasan terhadap anak atau orang yang lebih tua, maka dapat disebut sebagai tindakan tidak bermoral. Jadi, tekanannya disini pada unsur keseriusan pelanggaran. Disisi lain, moralitas lebih abstrak jika dibandingkan dengan moral. Oleh karena itu, apabila kita semata-mata berbuat sesuai dengan moralitas tidak sepenuhnya bermoral.

Begitu juga dengan apabila kita melakukan hal yang benar dengan alasan-alasan yang salah bisa berarti tidak bermoral sama sekali.

Dalam persoalan yang sama Frankena (1984:4) mengemukakan bahwa etika (ethics) adalah salah satu cabang filsafat  yang mencakup filsafat moral atau pembenaran-pembenaran filosofi (phylosophical judgments).

Sebagai salah satu falsafah, etika berkenaan dengan moralitas beserta persoalan-persoalan dan pembenarannya. Dan moralitas merupakan salah satu instrumen kemasyarakatan apabila suatu kelompok sosial menghendaki adanya penuntun tindakan (action guide) untuk segala pola tingkah laku yang disebut bermoral. Maka moralitas akan serupa dengan hukum disatu pihak dan etiket (etiquette) dilain pihak.

C. Kesimpulan

Dalam kehidupan modern dan milenial saat ini, tentu saja etika dan moral tetap harus menjadi batasan buat kita semua agar hidup kita dapat saling menghargai satu sama lain. Dengan etika dan moral kehidupan manusia di era modern dan milenial juga akan lebih terarah pada nilai-nilai kemanusiaan sehingga akan membangun kesetiakawanan sosial dibawah naungan Bhinneka Tunggal Ika yang selalu berpedoman pada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Zaman boleh berubah dan mengubah peradaban manusia, tetapi moral dan etika harus tetap kita jaga sebagai marwah dan kehormatan bangsa Indonesia yang selalu mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Dari pengertian moralitas lebih mengacu pada kepada nilai-nilai normatif akan menjadikan keyakinan dalam diri seseorang atau suatu badan/lembaga/organisasi yang menjadi faktor pendorong untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Moralitas seseorang dapat menjadi faktor pendorong terbentuknya perilaku yang sesuai dengan etika, tetapi nilai-nilai moralitas seseorang mungkin saja bertentangan dengan nilai etika yang berlaku dalam lingkungannya.

Secara konseptual,  etika merupakan bagian dari disiplin ilmu filsafat yang berfokus pada nilai-nilai yang diyakini dan dianut oleh manusia beserta pembenarannya, termasuk nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia. Secara konseptual, istilah etika memiliki kecenderungan dipandang sebagai suatu sistem nilai yang baik dan yang buruk bagi manusia dan masyarakat. Dalam implementasinya, penggunaan istilah etika banyak dikembangkan dalam suatu sistem organisasi sebagai norma-norma yang mengatur dan mengukur profesionalisme seseorang.

Sedangkan moral dan moralitas secara konseptual menaruh penekanan kepada karakter atau sifat-sifat individu yang khusus, diluar ketaatan kepada peraturan yang bersifat eksternal. Konsep moralitas lebih abstrak daripada nilai-nilai atau hukum yang mengatur manusia.  Moralitas dimaksudkan untuk menentukan sampai seberapa jauh seseorang memiliki dorongan untuk melakukan tindakan sesuai dengan prinsip-prinsip etika.

Tingkat moralitas seseorang akan dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pendidikan, pengalaman, dan karakter individu adalah sebagian diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat moralitas seseorang.

Terbentuknya etika sebagai nilai-nilai filosofis yang  berlaku dan diyakini dalam pergaulan hidup manusia dalam lingkungannya, secara umum dilandasi oleh prinsip-prinsip yang diarahkan untuk menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang yang ada di muka bumi ini.p’




Post a Comment

0 Comments